A. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Plasmodium, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles, yang
menimbulkan gejala seperti demam periodik, anemia, dan pembesaran limpa.
Malaria dapat berupa serangan akut, namun dapat berkembang menjadi kronis.
Penyakit ini sering terjadi
secara endemik terutama di daerah tropis dengan curah hujan tinggi, suhu
hangat, dan lembab. Kondisi lingkungan lainnya yang mempengaruhi penyebaran
penyakit ini adalah penggundulan hutan, seperti hutan bakau tempat nyamuk
Anopheles bersarang. Ketika hutan digunduli, otomatis nyamuk tersebut akan
berpindah mencari tempat tinggal yang baru seperti di perkampungan penduduk.
Peningkatan jumlah nyamuk di daerah pemukiman akan mempertinggi resiko
penularan malaria.
B. Etiologi Malaria
Penyebab malaria adalah parasit
intrasel bergenus Plasmodium. Ada 4 spesies Plasmodium yang menyebabkan
malaria. Masing-masing spesies mengakibatkan jenis malaria yang berbeda:
- Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana
- Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika
- Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana
- Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale
Penyakit malaria juga didukung penularannya
oleh hospes definitif yang membawa Plasmodium tersebut, yakni nyamuk Anopheles.
Plasmodium dapat menular dari manusia satu ke manusia lainnya melalui gigitan
nyamuk tersebut.
Faktor lingkungan juga
berpengaruh, selain memang cocok di daerah tropis, penyakit ini akan lebih
mudah menjangkiti populasi yang tinggal di daerah kumuh dan kotor karena
merupakan tempat tinggal ideal bagi hospesnya - nyamuk Anopheles.
C. Patologi Malaria
Daur hidup Plasmodium dapat
dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase aseksual (berlangsung dalam tubuh manusia)
dan fase seksual (berlangsung dalam lambung nyamuk).
1. Fase Aseksual (Skizogoni)
Setelah nyamuk Anopheles menusuk permukaan
kulit manusia, Plasmodium yang sebelumnya sudah berada dalam air liur nyamuk
akan berpindah ke tubuh manusia melalui peredaran darah. Pada tahap ini,
Plasmodium berbentuk sporozoit. Setelah sporozoit sampai di jaringan dalam
hati, mereka akan berkembang biak menjadi bentuk skizon yang berisi ribuan
merozoit di dalamnya.
Skizon yang telah matang akan
pecah dan ribuan merozoit tersebut akan menyebar dan menuju peredaran darah
kembali. Tahap ini dinamakan sporulasi. Merozoit yang berada di darah akan
menginvasi sel darah merah (eritrosit) dan membentuk trofozoit, kemudian
menjadi skizon, dan merozoit baru.
Setelah proses tropozoit – skizon – merozoit
ini sampai pada generasi ketiga, maka generasi tersebut melahirkan bentuk
seksual dari Plasmodium. Ketika ada nyamuk Anopheles yang mengisap darah itu,
maka bentuk Plasmodium seksual tadi akan berpindah ke tubuh nyamuk dan
mengalami fase seksual.
2. Fase Seksual (Sporogoni)
Pada fase ini, Plasmodium berada di dalam lambung Anopheles betina dan berbentuk mikrogametosit, kemudian berkembang menjadi makrogametosit dan menghasilkan pembuahan berupa zigot atau ookinet.
2. Fase Seksual (Sporogoni)
Pada fase ini, Plasmodium berada di dalam lambung Anopheles betina dan berbentuk mikrogametosit, kemudian berkembang menjadi makrogametosit dan menghasilkan pembuahan berupa zigot atau ookinet.
Ookinet akan keluar menembus
lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista yang berisi ribuan sporozoit. Pada
saat ookista matang dan pecah, ribuan sporozoit itu akan menyebar dan menuju
air liur nyamuk. Sporozoit akan berpindah dan menjangkiti manusia melalui
gigitan Anopheles tersebut, sebagai tanda dimulainya fase aseksual kembali.
D. Manifestasi Klinis Malaria
Tanda dan gejala yang umum
terjadi pada malaria adalah sebagai berikut:
1. Demam Periodik
Demam periodik terjadi bersamaan
dengan pecahnya skizon pada tahap sporulasi di dalam fase aseksual. Periode
demam dapat dijadikan diagnosis untuk menentukan jenis malarianya. Contohnya,
pada malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax. Pecahnya skizon
terjadi setiap 48 jam sekali, maka periode demamnya akan menyerang tiap hari
ketiga. Sedangkan malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae
membutuhkan waktu 72 jam untuk memecah skizon, sehingga demamnya menyerang tiap
hari keempat.
Setiap demam menyerang, biasanya
dimulai dengan tahap menggigil yang berlangsung selama 15 menit - 1 jam.
Dilanjutkan dengan tahap puncak demam yang bisa berlangsung 2-6 jam. Lalu
diakhiri dengan tahap berkeringat selama 2-4 jam. Demam akan berakhir ketika tubuh
sudah dapat beradaptasi dengan serangan tersebut.
2. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran
dan pengerasan limpa akibat akumulasi sel darah merah yang rusak karena
aktivitas parasit. Sebab lainnya adalah jaringan ikat yang bertambah di dalam
limpa. Pada kondisi ini, warna limpa dapat menjadi hitam.
3. Anemia
Anemia terparah adalah yang disebabkan
oleh Plasmodium falciparum. Anemia terjadi karena sel darah merah yang hancur,
gangguan produksi eritrosit dalam sumsum tulang, dan waktu hidup eritrosit yang
pendek karena aktivitas parasit.
4. Ikterus
Pada saat Plasmodium menjangkiti
hati dan belum menyebar ke darah, aktivitas patogennya dapat merusak sel-sel di
dalam hati.
E. Pemeriksaan Malaria
Beberapa tes dan pemeriksaan yang
dapat ditempuh untuk mendeteksi malaria adalah:
- Pemeriksaan sel darah
- GBC, IFA, IHA
- PCR (Polymerase Chain Reaction)
- Tes antigen
- Tes serologi
F. Penatalaksanaan Malaria
Penatalaksanaan untuk meredakan
gejala dan menyembuhkan penyakit malaria adalah sebagai berikut:
- Terapi profilaktik khususnya bagi seseorang yang akan pergi ke tempat endemik malaria
- Memperbaiki kondisi lingkungan endemik, seperti menghilangkan genangan air dan penyemprotan insektisida.
- Obat malaria, seperti: pirimetamin, primakuin, kina, klorokuin, gametosid, dan proguanil.
- Melakukan transfusi darah khususnya yang sudah mengalami anemia
- Pemberian vaksin untuk meredakan keparahan penyakit
G. Fokus Kajian Keperawatan Malaria
Beberapa hal yang perlu dijadikan fokus kajian keperawatan pada penderita malaria adalah sebagai berikut:
- Aktivitas: tubuh lemas dan mudah lelah
- Sirkulasi: tekanan darah mungkin di bawah normal, badan terasa panas dan suhu melebihi 38oC, kulit pucat dan banyak berkeringat
- Nutrisi: mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, massa otot berkurang, diikuti berkurangnya lemak tubuh
- Nyeri: mengalami kejang di perut, pusing sampai pingsan
- Nafas: takipnea
H. Masalah Umum dan Intervensi
Keperawatan Malaria
Intervensi: isolasi pasien,
pantau suhu tubuh secara berkala, amati tingkat menggigil pasien, meningkatkan
asupan gizi, pemberian obat imunomodulator dan antiinfeksi.
Hipertermia sebagai tanda tubuh
terinfeksi
Intervensi: pantau suhu tubuh,
kondisikan selimut dan ruangan pada suhu normal, kompres dengan air hangat, mengganti
pakaian yang basah terkena keringat, minum banyak disertai kombinasi
antipiretik dan antimalaria.
Hilangnya cairan tubuh karena
peningkatan metabolisme, atau karena muntah
Intervensi: cegah dehidrasi lebih
lanjut dengan infus, pemberian cairan intravena sesuai indikasi, banyak minum,
pantau haluaran & berat jenis urine.
Aktivitas menurun karena tubuh
mudah lelah
Intervensi: pantau tekanan darah,
denyut nadi, dan pernafasan setelah pasien mengerjakan suatu aktivitas,
mencegah pasien melakukan aktivitas berat, banyak istirahat, dan berikan
bantuan fisik seperti menyuapi makan dan mengambilkan sesuatu yang dibutuhkan.
Kurang nutrisi karena nafsu makan
hilang, mual, dan muntah
Intervensi: berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan nutrisi yang tepat, menyajikan makanan yang hangat
dengan porsi sedikit tetapi sering, melakukan variasi makanan agar tidak bosan,
dan menyajikan makanan yang mengundang selera pasien.
Demikian Askep Malaria yang telah
dirangkum dari berbagai sumber. Terimakasih sudah membaca dan jangan lupa untuk
menulis komentar Anda pada kotak komentar yang ada di bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar