Pemeriksaan Malaria.
Faktor risiko tambahan untuk wisatawan yang pergi ke daerah malaria adalah tidak minum obat pencegahan
atau tidak menggunakan tindakan pencegahan untuk mencegah gigitan
nyamuk. Walaupun sudah mengonsumsi obat maupun melakukan tindakan pencegahan nyamuk dengan sempurna, wisatawan tetap tidak boleh mengabaikan
setiap demam yang
terjadi saat atau setelah berada
di daerah malaria.
Komplikasi paling sering terjadi ketika gejala atau tanda-tanda malaria diabaikan atau
terlambat didiagnosis. Ibu hamil yang telah terkena malaria beresiko tinggi
untuk mendapatkan komplikasi penyakit yang berat.
Malaria bisa disembuhkan dengan diagnosis dini
dan pengobatan.
Baca juga: Asuhan Keperawatan atau Askep Malaria
Banyak penyakit yang bisa menyebabkan demam di
daerah tropis dan subtropis, termasuk malaria, TBC, demam kuning, demam
berdarah, tipus, pneumonia, dan banyak lagi. Masing-masing membutuhkan
penanganan yang berbeda. Sehingga sangat penting untuk membuat diagnosis
spesifik.
Malaria didiagnosis dengan melihat parasit di
bawah mikroskop. Darah yang diambil dari pasien dioleskan pada kaca objek untuk
bahan pemeriksaan. Indikator khusus digunakan untuk membantu mendeteksi
parasit. Lebih mudah mengidentifikasi spesies Plasmodium jika bentuk gametosit
yang terlihat. Pap smear darah harus ditinjau oleh seseorang dengan keahlian
dalam diagnosis malaria. Jika Pap negatif, pemeriksaan dapat diulangi setiap 12
jam. Pap yang negatif berkali-kali menunjukkan diagnosis lain harus
dipertimbangkan.
Ada dua jenis tes lain yang tersedia untuk
diagnosis malaria. Tes yang pertama adalah tes deteksi protein yang disebut
antigen yang berada di dalam Plasmodium. Tes ini memakan waktu kurang dari 30
menit. Tes kedua adalah Polymerase Chain Reaction (PCR), yang mendeteksi DNA
malaria. Karena tes ini tidak tersedia secara luas, penting untuk tidak menunda
pengobatan sambil menunggu hasil.
Baca juga: Obat Penyakit Malaria
Baca juga: Obat Penyakit Malaria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar